Rendra selalu membukakan telinganya bagi jerit hewan yang terluka. Dia mengidentifikasikan diri dengan orang-orang lanjut usia yang kesepian; dengan sepenuh daya-rasa hatinya dia memihak kepada wanita desa Aminah, yang setelah terpeleset, tidak lagi mendapat tempat dalam kehidupan bersama masyarakat desa yang "baik-baik."
Berilah jalan pada kambing hitam, kerna ia telah dahaga padang hijau. Berilah jalan pada semangat hilang, kerna ia telah dahaga sinar terang (Aminah).
Dia menyuarakan kesengsaraan orang-orang miskin yang tertindas dalam "Sajak Ciliwung", sungai di Jakarta yang sejak dahulu dikenal oleh penyair-penyair Indonesia sebagai lambang suka-duka rakyat Indonesia.
Rendra selalu membukakan telinganya bagi jerit hewan yang terluka. Dia mengidentifikasikan diri dengan orang-orang lanjut usia yang kesepian; dengan sepenuh daya-rasa hatinya dia memihak kepada wanita desa Aminah, yang setelah terpeleset, tidak lagi mendapat tempat dalam kehidupan bersama masyarakat desa yang "baik-baik."
Berilah jalan pada kambing hitam, kerna ia telah dahaga padang hijau. Berilah jalan pada semangat hilang, kerna ia telah dahaga sinar terang (Aminah).
Dia menyuarakan kesengsaraan orang-orang miskin yang tertindas dalam "Sajak Ciliwung", sungai di Jakarta yang sejak dahulu dikenal oleh penyair-penyair Indonesia sebagai lambang suka-duka rakyat Indonesia.