Ada kata-kata yang tidak sempat terucap oleh Kemuning sebelum Bunda meninggal dunia. Tak peduli betapa dia ingin memutarbalikkan waktu, Kemuning tahu dirinya sudah terlambat.
Ada kata-kata yang tak sempat terucap oleh Bunda semasa hidupnya. Oleh karena itulah beliau datang ke dalam mimpi Kemuning—untuk menyampaikan apa yang tak sempat tersampaikan tujuh tahun yang lalu, ketika beliau masih hidup.
Bertemu kembali dengan Bunda di dalam mimpinya mungkin merupakan kesempatan terakhir Kemuning untuk meminta maaf—sesuatu yang sudah ingin dilakukannya sejak dia menyebabkan kematian Bunda bertahun-tahun silam.
Namun, apa yang ingin Bunda sampaikan padanya? Di balik kenangan akan masa kecilnya, Kemuning harus mencari tahu maksud dari pesan-pesan misterius Bunda. Terutama karena dia tahu Bunda hanya muncul dalam mimpinya, dan dia juga tahu bahwa tak ada mimpi yang takkan berakhir.
* * *
”Alicia Lidwina mampu melukiskan secara gamblang hubungan Kemuning dan bundanya. Dengan sisipan-sisipan bab berisi penggalan-penggalan komunikasi antara Bunda dan Kemuning, pembaca diajak untuk memahami ketimpangan hubungan ini dan memandang Kemuning dari sisi Bunda. Good job, Alicia!” — Lexie Xu, penulis Omen series, Johan series, Dark Series, dan berbagai novel
”Seperti biasa, tulisan Alicia Lidwina diselubungi aura kelam dan misterius, mengajak kita perlahan mengikuti kisah Ning dan ibunya yang bittersweet. Kisah ini mengingatkan bahwa terkadang kita harus menapak tilas masa lalu sebelum bisa maju.” — Francisca Todi, penulis Mission d’Amor dan The Princess & The Bodyguard
”Buku ini ’kampret’ in a good way. Berhasil bikin mewek sampe dilihatin bos! Buku wajib buat dibaca semua orang, terutama yang jarang meluangkan waktu dengan orangtua, khususnya ibu.” — Emilya Kusnaidi, penulis Romansick
Ada kata-kata yang tidak sempat terucap oleh Kemuning sebelum Bunda meninggal dunia. Tak peduli betapa dia ingin memutarbalikkan waktu, Kemuning tahu dirinya sudah terlambat.
Ada kata-kata yang tak sempat terucap oleh Bunda semasa hidupnya. Oleh karena itulah beliau datang ke dalam mimpi Kemuning—untuk menyampaikan apa yang tak sempat tersampaikan tujuh tahun yang lalu, ketika beliau masih hidup.
Bertemu kembali dengan Bunda di dalam mimpinya mungkin merupakan kesempatan terakhir Kemuning untuk meminta maaf—sesuatu yang sudah ingin dilakukannya sejak dia menyebabkan kematian Bunda bertahun-tahun silam.
Namun, apa yang ingin Bunda sampaikan padanya? Di balik kenangan akan masa kecilnya, Kemuning harus mencari tahu maksud dari pesan-pesan misterius Bunda. Terutama karena dia tahu Bunda hanya muncul dalam mimpinya, dan dia juga tahu bahwa tak ada mimpi yang takkan berakhir.
* * *
”Alicia Lidwina mampu melukiskan secara gamblang hubungan Kemuning dan bundanya. Dengan sisipan-sisipan bab berisi penggalan-penggalan komunikasi antara Bunda dan Kemuning, pembaca diajak untuk memahami ketimpangan hubungan ini dan memandang Kemuning dari sisi Bunda. Good job, Alicia!” — Lexie Xu, penulis Omen series, Johan series, Dark Series, dan berbagai novel
”Seperti biasa, tulisan Alicia Lidwina diselubungi aura kelam dan misterius, mengajak kita perlahan mengikuti kisah Ning dan ibunya yang bittersweet. Kisah ini mengingatkan bahwa terkadang kita harus menapak tilas masa lalu sebelum bisa maju.” — Francisca Todi, penulis Mission d’Amor dan The Princess & The Bodyguard
”Buku ini ’kampret’ in a good way. Berhasil bikin mewek sampe dilihatin bos! Buku wajib buat dibaca semua orang, terutama yang jarang meluangkan waktu dengan orangtua, khususnya ibu.” — Emilya Kusnaidi, penulis Romansick